Palembang,SMI-
Universitas Sriwijaya (Unsri) memperingati Dien Natalis ke – 64. Rektor Unsri, Prof. Dr. Taufiq Marwa, S.E., M.Si. pada acara puncak yang dilaksanakan 1 November 2024 menyampaikan bahwa Unsri didirikan pada tanggal 29 Oktober tahun 1960, tetapi diresmikan Presiden RI Pertama, Ir. Soekarno pada tanggal 3 Oktober 1960 sehingga puncak dies dengan orasi ilmiah bisa dilaksanakan antara tanggal 29 Oktober sampai dengan 3 November tiap tahunnya.
Pada puncak Dies yang diberi tema Bergerak Maju Bersama Saling Menguatkan Untuk Menggapai Kecemerlangan dan Kejayaan Universitas Sriwijaya, Rumah Kita Bersama di Era PTN-BH ini diisi dengan orasi Ilmiah oleh Dr. Ir. Kiki Yuliati, M.Sc. (Dirjen Vokasi periode 2022 – 2024) berjudul Perguruan Tinggi Masa Depan: Menyiapkan Insan Global yang Beretika dan Berpikiran Kritis.
Dalam orasinya Dirjen Vokasi periode 2022 – 2024 yang juga dosen Unsri ini diantaranya mengajak keluarga besar Universitas Sriwijaya melakukan refleksi apakah Unsri sudah 64 tahun atau baru 64 tahun. Apakah bangsa Indonesia, atau Masyarakat Sumatera Selatan memerlukan Unsri? Kalau diperlukan mengapa Universitas Sriwijaya diperlukan? Apakah sebagai pabrik yang menerbitkan ijazah dan memberi gelar, apakah sebagai pusat riset dengan jurnal-jurnal bergengsi sementara masyarakat bertepuk tangan sambil tidak paham apa artinya bagi mereka, apakah masyarakat berharap Universitas Sriwijaya dan perguruan tinggi lain menjadi institusi yang menyiapkan generasi muda, apakah mereka berharap para mahasiswa kita menjadi warga negara Indonesia yang produktif yang mampu mengabdikan diri berkontribusi positif bagi Indonesia.
“Kalau Universitas Sriwijaya ingin internasionalisasi apa yang diharapkan masyarakat dunia dari Universitas Sriwijaya. Sudahkah kita menjawab itu?,” kata Dr. Kiki Yuliati.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa saat ini rata-rata lama pendidikan atau lama waktu sekolah orang Indonesia masih sedikit di atas 9 tahun. Berarti rata-rata penduduk Indonesia berpendidikan SMP. Kita semua tahu bahwa hampir semua dosen di kampus-kampus Indonesia telah menempuh pendidikan minimal magister tidak sedikit bahkan yang sudah meraih doktor, jenjang tertinggi dan juga berhasil mencapai prestasi jabatan akademik sampai dengan professor, insan yang amat sangat terpelajar. Para mahasiswa yang diterima di perguruan tinggi juga semua sudah tamat dari sekolah menengah artinya semua keluarga yang ada di kampus berpendidikan lebih tinggi dari rata-rata orang Indonesia. Artinya bahwa warga kampus adalah warga yang berilmu, lebih berilmu dari masyarakat Indonesia pada umumnya.
“Bapak dan ibu sekalian bisa jadi kampus adalah entitas dengan warga rata-rata pendidikan tertinggi di Indonesia. Tidak berlebihan jika bangsa Indonesia bapak-bapak dari POLRI, bapak-bapak dari TNI, bapak-bapak dari instansi pemerintah maupun swasta berharap bahwa pola kehidupan tata nilai, cara dan perilaku budaya kerja, pola komunikasi, dan perilaku seluruh warga kampus menjadi teladan dari suatu kehidupan masyarakat berilmu, berbudi luhur, dan beretika. Kampus harus menjadi contoh masyarakat. Pertanyaan untuk kita semua pada usia ke-64 tahun apakah Unsri telah menjadi teladan bagi masyarakatnya, atau apakah Unsri telah menuju peran teladan itu. Teladan perilaku, teladan cara pandang maju, dan berbudi luhur. Apakah Unsri telah memberikan contoh tata kehidupan masyarakat dalam hal Kebajikan, kearifan dan keluhuran Budi insan berilmu. Semua yang punya gelar yang disebut orang berpendidikan sekarang kerap lupa bahwa di pundaknya ada beban keteladanan. Apakah kita telah mampu menjadi teladan mewujudkan masyarakat cerdas berintegritas,” kata Dr. Kiki.
Dalam sambutanya Rektor mengatakan bahwa sebagai institusi perguruan tinggi, usia 64 tahun adalah usia yang sangat cukup dan sudah siap untuk melangkah pada tahapan yang lebih unggul dan lebih baik. Perjalanan panjang Unsri telah menghasikan pengalaman dan catatan sejarah dalam goresan tinta emas memberikan kontribusi posisitif untuk negara Indonesia tercinta umumnya dan Sumatera Selatan khususnya.
Rektor menjabarkan empat kata kunci tema yang diangkat pada Dies Natalis ke-64 Universitas Sriwijaya, pertama Maju Bersama Saling Menguatkan. Ia mengatakan bahwa Universitas Sriwijaya bisa maju bukan karena satu orang, bukan karena satu kelompok, bukan karena satu golongan. Universitas Sriwijaya bisa maju karena kita semua. Maju Bersama saling mendukung dan saling menguatkan seperti yang dicontohkan para pendahulu yang menanggalkan ego dan perbedaan demi persatuan. “Jangan karena perbedaan memecah belah. Kita jadikan perbedaan sebagai kekuatan bukan kelemahan.
Kunci kedua Kecemerlangan dan Kejayaan ditunjukan melalui prestasi. Unsri telah menghasilkan prestasi tridharma. Dalam periode terakhir menunjukankan adanya perbaikan dan peningkatan kualitas Tridarma Pendidikan. Unsri telah menerapkan pola belajar mengajar yang lebih baik. Meningkatkan mutu proses belajar mengajar. Mengimplementasikan pengajaran inovatif serta mengimplementasikan sistem hybrid yang mengkombinasikan secara daring dan luring menggunakan IT. Implementasi dari program-program tersebut telah menghasilkan output berupa lulusan yang lulus secara cepat tepat dan kualifaid.
Kata kunci ketiga, Rumah Kita Bersama, Universitas Sriwijaya adalah rumah kita Bersama, rumah kita semua, rumah tempat kita mengabdikan diri menuju pencapaian cita-cita luhur pendiri Universitas Sriwijaya. Universitas yang harus selalu relevans dengan kebutuhan semua pemangku kepentingan sebagaimana cita-cita luhur para pendiri Unsri. Untuk bisa PTN BH maka kunci harus unggul sebagaimana sudah ditunjukkan pada capaian dan secara bertahap pertumbuhan mendapatkan pengakuan dunia,” terang Rektor.
Berikutnya ia menyampaikan kata kunci keempat PTNBH bahwa saat ini Universitas Sriwijaya telah berstatus PTN BH.
Acara dihadiri puncak Dies Natalis dihadiri civitas akademika Unsri, tenaga kependidikan, dan para undangan lainnya. (AP)