Tingginya harga tiket pesawat secara nasional, memberikan dampak besar terhadap sejumlah bandara di Indonesia. Begitu halnya dengan Bandara Atung Bungsu Kota Pagar Alam, ikut terkena imbas mengalami penurunan jumlah penumpang.
Kepala UPTD Bandara Atung Bungsu Kota Pagar Alam Joko Purnomo menjelaskan, mahalnya harga tiket pesawat terjadi secara nasional. Kendati masih ada penyebab lain, namun, kuat dugaan menurunnya jumlah penumpang disebabkan oleh mahalnya harga tiket pesawat.
Joko mengatakan, tingginya harga tiket pesawat ini disebabkan oleh melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar. Untuk diketahui, biaya operasional maskapai penerbangan seperti biaya sewa pesawat, biaya asuransi pesawat, dan biaya pemeliharaan, semuanya di bayar menggunakan mata uang dollar, sehingga berpengaruh terhadap harga tiket yang di bayar dengan mata uang rupiah.
Kenaikan harga tiket ini kata Joko, menyebabkan melemahnya daya beli masyarakat terhadap tiket pesawat sehingga penumpang menjadi sepi. Menurunnya jumlah penumpang ini juga menyebabkan berkurangnya frekuensi rute penerbangan. Sebagai contoh rute Palembang – Pagar Alam dari semula 7 flight menjadi 3 flight.
“Akan tetapi hal ini berlaku situasional saja, Insya Allah pada bulan Agustus ini rute penerbangan kembali normal,” tegas Joko.
Menurut Joko, selain tiket pesawat, penurunan jumlah penumpang tersebut juga disebabkan karena adanya peralihan masyarakat dari angkutan udara ke angkutan darat. Seperti diketahui, jalur darat dari Kota Pagar Alam menuju Kota Palembang saat ini mulai berjalan lancar, setelah diterbitkan kebijakan pelarangan truk batubara melintas jalur umum.
“Walikota sudah memerintahkan kami untuk berkoordinasi dengan pihak Wings Air terkait pengurangan frekuensi penerbangan dan harga tiket. Semoga dalam waktu dekat ada respons positif dari pihak Wings Air,” ungkap Joko.
Bandara Atung Bungsu Diambil Alih Kementerian Perhubungan
Pengelolaan Bandara Atung Bungsu secara resmi diambil alih Kementerian Perhubungan. Perubahan tersebut tertuang dalam berita acara pengalihan pengoperasian Bandar Udara Atung Bungsu dari Pemkot Pagar Alam Provinsi Sumsel kepada Kementerian Perhubungan, Nomor 217 Tahun 2019. Pengalihan ini juga diperkuat dengan telah terbitnya Keputusan Dirjen Perhubungan Udara Nomor 171 Tahun 2019, tentang Satuan Pelayanan Bandar Udara Atung Bungsu di Kota Pagar Alam Provinsi Sumsel.
Dengan adanya pengalihan pengelolaan ini, secara operasional Bandara Atung Bungsu tidak lagi membebani anggaran Pemkot Pagar Alam. Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri Perhubungan Budi Karya saat berkunjung ke Kota Pagar Alam beberapa waktu lalu. Menurut Menteri Perhubungan, biaya operasional pengelolaan Bandara cukup besar dan harus disubsidi pemerintah pusat, sebab akan menjadi beban jika dikelola pemerintah daerah.
Selain mengambil alih pengelolaan Bandara Atung Bungsu, Menteri Perhubungan berjanji akan melakukan perpanjangan run way sepanjang 300 meter. Sehingga keseluruhan run way Bandara Atung Bungsu akan mencapai 1600 meter.
Dengan adanya perpanjangan runway ini, akan membuat pesawat berukuran besar dapat mendarat di Bandara Atung Bungsu, sehingga dapat mendorong peningkatan kunjungan wisatawan ke Kota Pagar Alam. (Humas Diskominfo)